Langsung ke konten utama

Ayah dan Ibu

“Ayah! Handuknya taruh jemuran!”

Itu teriakan ibu, setiap pagi. Aku heran, kenapa sih ayah sesusah itu naruh handuk di jemuran? Padahal sudah disediain jemuran di depan kamar mandi, tetap saja handuknya dibawa ke kamar lalu ditaruh di kasur. Jangan-jangan, ayah menikmati omelan ibu tiap pagi? Yaaa, walau sudah teriak begitu, ibu tetap ambil handuk ayah, lalu dijemur.

**

“Bu, kemeja biru di lemari mana?”

               Kalau itu, pertanyaan ayah setiap akan ada meeting. Padahal ya, setiap aku bantu ibu untuk merapihkan lemari, sudah ditata bahwa kemeja polosan khusus meeting ada di lemari bagian atas. Ayah, ayah, apa susahnya dicari dulu sih sebelum tanya? Setelah nunggu lima menit, biasanya ibu akan memberikan tatapan tajam ke ayah, lalu mengambil kemeja yang dimaksud. Tentu saja dengan warna yang matching dengan dasi. Ayah? Cengengesan saja.

**

“Yah, nanti tolong beli mozarella yang sama plek seperti yang aku chat whatsapp.

               Ibu paling bodoh kalau suruh masuk mall. Beneran bodoh. Ayah pernah cerita, dulu pernah kencan di mall saat ramai. Eh, ayah kepisah sama ibu. Nah, ibu tuh nggak bisa menghafal rute atau jalan di mall walau sudah berkali-kali lewat. Terlebih, saat itu ramai sekali. Tiba-tiba, ada pengumuman bahwa seorang perempuan usia 21 tahun terpisah dengan kakaknya yang berusia 24 tahun. Ayah yang curiga dengan pengumuman itu, langsung ke bagian informasi. Ternyata... Ibu di situ…

**

“Bu Boss, sudah aku sudah selesai cuci piring, kosek kamar mandi, cuci dan jemur pakaian.”

               Setiap hari Minggu, ayah selalu membersihkan rumah, sedangkan ibu hanya masak dan nonton drama korea seharian. Kata ayah, dulu ibu maunya kerjain bareng-bareng, tapi akhirnya nurut sama ayah. Maksud ayah sih, agar ibu bisa santai dikit gitu, menikmati me time yang jarang dilakukan.

**

Good night, sayang,”

               Ucapan diakhiri dengan kecupan di pipi adalah kebiasaan ibu dan ayah setiap aku sudah terlelap. Aku menyadari hal itu, saat aku SMA. Aku sudah tidur jam 9 tuh, lalu kebangun sekitar jam 12. Nah, aku denger pintu dibuka, aku pura-pura tidur. Ternyata, itu ibu dan ayah. Tak hanya sekali, di lain kesempatan aku pura-pura tidur lagi. Ternyata, ibu dan ayah mencium pipiku lagi. Hingga sekarang pun masih seperti itu.

               Ayah dan ibu tidak pernah malu-malu menunjukkan kasih sayang satu sama lain di depan anak-anaknya. Setiap berangkat, ayah mengantar ibu dulu, sebelum turun, pokoknya ibu cium tangan ayah, sedangkan ayah cium kening ibu. Ketika family time dengan cara movie marathon, ibu sering dusel-dusel ke ayah, tentunya kami pun diajak. Ketika menemani kami yang sedang bermain di wahana, ibu dan ayah nunggu di sisi luar sambil bergandengan tangan.

               Aku bisa merasakan tatapan cinta dari ayah dan ibu. Khas gitu, tatapan cinta antar pasangan. Beda aja cara menatap kepada anak-anaknya. Tuhan, izinin aku dapat suami seperti ayah, ya? Ngeselin, tapi bisa se-setia ayah.