Langsung ke konten utama

Letter to You

Dear you,

Mungkin aneh jika suatu saat kamu membaca artikel ala surat di blog ini, secara sengaja atau tidak sengaja. Mungkin juga kamu akan sangat PD mengira bahwa artikel ala surat ini ditujukan padamu. Mungkin saja, kamu benar jika mengasumsikan bahwa artikel ala surat ini memang untukmu.

Kamu pasti pernah membaca chatku atau mendengar aku berkata kalau aku sangat beruntung bisa menjadi salah satu orang terdekatmu.

Kamu sabar, kamu pengertian, tapi kamu mengesalkan!

Seringkali kita bertengkar hal-hal sepele, seperti aku sangat benci dengan orang yang menunda pembelian untuk kesehatan, contohnya membeli masker, vitamin, dan madu, pokoknya kesel banget sama  yang perhitungan masalah itu. Eh, kamu seringkali seperti itu.

Hari ini bertengkar, besoknya baikan. Nyebelin banget ya?

Ehm, kembali aku mengingatkan padamu jika aku sangat beruntung menjadi salah satu orang terdekatmu.

Aku beruntung karena kamu sangat sabar dan dapat handle aku ketika aku dalam mood swing yang menakutkan.

Aku beruntung karena kamu ada ketika aku membutuhkanmu – yaahh, meski kamu seringkali susah dihubungi ketika aku dalam hal-hal urgent. Namun, mengesampingkan itu semua, kamu selalu ada ketika aku berada dalam titik rendah.

Aku beruntung karena kamu mau menjadi support system­-ku. Sungguh, aku tidak bisa membayangkan bagaimana aku bisa melewati masa-masa skripsi, lockdown Maret – Juni 2020, jobseeker yang hampir tiap minggu aku menceritakan ketakutanku jika aku tidak mendapat kerjaan dengan segala kekuranganku yang dilanjutkan dengan menangis sesegukan.

Kalimatmu memang jarang memotivasi, tapi aku mengerti kalau kamu tulus dan bersungguh-sungguh ketika mengucapkan hal itu.

Aku beruntung karena kamu mau mengajari hal-hal yang sebelumnya tidak aku mengerti. Aku bersyukur kamu pintar di banyak hal, tidak seperti aku yang kepintaranku hanya di ambang rata-rata ini.

Aku bersyukur kamu tidak melupakan ulang tahunku. Jujur saja, tahun ini aku kecewa karena hanya empat orang – Ibu, Papah, kamu, dan salah satu teman lama, yang mengucapkan selamat ulang tahun. Sahabat sejak SMP yang tidak putus mengucapkan itu tiap tahun pun, tahun ini tidak mengucapkan, walau sekadar di whatsapp.

Aduh, gitu aja kamu kecewa? Dewasa dong. Hahaha.

Intinya, masih banyak hal yang aku syukuri dari kamu. Aku tidak mau membicarakan hal itu di sini. Sisanya, kita harus baikan dulu karena kita sedang berantem, setelah itu aku akan mengajakmu deep talk untuk mengucapkan kesekian kalinya, aku beruntung mengenalmu dan menjadi orang dekatmu.

Hei. Apakah kamu juga merasakan hal yang sama denganku?

With love, from me