Hari ini, tumben sekali langit berwarna biru. Cerah.
Tak satu pun terlihat awan. Ngomong-omong, pernah kah kalian berharap
akan kerja sebuah takdir? Takdir yang memulai, takdir yang memisahkan, dan
takdir yang kembali menyatukan.
**
Aku teringat kala itu. Kamu menghampiriku di kantin sekolah.
Dengan alasan meja yang lain penuh dan aku sedang duduk sendiri, kamu pun
mengajakku berbincang. Tak ku pungkiri bahwa aku tertarik denganmu. Takdir kita
dimulai dari sini.
**
Entah sudah berapa tahun kita habiskan bersama, dengan
banyak kenangan di Ibu Kota. Ah, jika aku jabarkan, pasti kamu semakin merindu
saat-saat itu.
“Hey, kita besok wisuda bareng ya!”
Aku menjulurkan lidah, mengingat ia selalu mengeluh
salah jurusan, sedangkan aku memang mencintai jurusanku. “Nggak mau, aku mau
lulus duluan.”
Kamu tertawa kencang, “Wisuda bareng, yudisiumnya
duluan kamu.”
**
Kali ini aku lah yang tertawa kencang. Ternyata, kita
memang akan wisuda bareng. Yaa, benar katamu, aku yudisium duluan, kamu
yudisium setelah aku. Namun, takdir telah selesai sejak satu tahun lalu, tepat
ketika kamu mengucapkan, “Terima kasih telah menemaniku selama tujuh tahun ini.”
Hah? Tujuh tahun? Sudah selama itu kah kita bersama?
Meskipun begitu, boleh nggak sih kalau aku berharap,
takdir menyatukan kita kembali?
Ah, padahal sudah ditolak seperti itu. Haha. Miris
sekali! Dasar, aku!