Langsung ke konten utama

Terbaik atau Tercocok?

Pernah kah kalian berdoa, meminta yang terbaik dari Tuhan untuk hidup kalian? Atau... Kalian meminta yang tercocok bagi hidup kalian?

Ah ya, terjadi ambiguitas arti ‘tercocok’ dalam tulisan ini. Menurut KBBI, tercocok artinya dapat (sudah) dicocok, tertusuk. Namun, yang aku maksud, ‘tercocok’ adalah yang paling sesuai, the most suitable, yang artinya selaras, klop, dan pas. Ribet sekali ya? Keribetan itu lah yang membuatku cinta Bahasa Indonesia. Kosa katanya luas, tapi tetap saja paling nggak suka suruh cari kalimat utama di bacaan.

Sebuah pemikiran datang ketika berdiskusi ngalor ngidul bersama kakak, kala itu.

“Setiap ibu, pasti selalu berdoa yang terbaik untuk anaknya.”

               Bagaimana jika, yang terbaik tersebut tidak cocok dengan anaknya? Bagaimana jika yang terbaik itu dari sudut pandang sang ibu? Ambil contoh, bagi ibu perusahaan X merupakan perusahaan yang sangat terkenal, karena produknya ada di setiap rumah, ketika berbincang dengan tentangga, pasti ya tetangga mengetahui perusahaan X itu perusahaan apaan, dan ibu menganggap perusahaan X itu adalah yang terbaik.

Namun, si anak menganggap perusahaan X itu bukan yang terbaik. Anak itu mengetahui bagaimana rasanya bekerja di perusahaan X, gaji, tunjangan, senioritas, tidak cocok sama sekali. Kemudian, ada perusahaan Y, yang bagi si anak merupakan yang tercocok dilihat dari lingkungan kerja, gaji, tunjangan, dan segalanya. Intinya, cocok dengan kepribadian dan mau dari anak tersebut.

Sayangnya, sang ibu tidak mengerti, perusahaan Y itu bergerak di bidang apa, produknya apa saja, kenapa tidak pernah mendengar. Sangat awam dengan perusahaan Y. Bagi ibu, perusaahan Y bukan yang terbaik.

Kakak dan aku sempat terdiam, menyelami pikiran masing-masing. Aku yakin, pemikiran kami sama. Di satu sisi, kakak telah menjadi seorang ibu dari anak lima tahun dan menjadi anak dari seorang ibu. Di sisi lain, aku hanyalah anak dari seorang ibu, belum menjadi seorang ibu.

Bagaimana jika yang terbaik dari ibu, bukan yang terbaik bagi anak? Bagi ibu, apakah yang terbaik adalah yang tercocok? Lalu, apakah yang tercocok pastinya yang terbaik bagi anak? Bagaimana jika yang tercocok bagi anak, tetapi tidak terbaik bagi ibu? Apakah yang terbaik belum tentu yang tercocok bagi anak? Apakah yang tercocok belum tentu yang terbaik bagi anak?

Terbaik belum tentu tercocok, tetapi tercocok pasti terbaik atau terbaik pasti tercocok, tetapi tercocok belum tentu terbaik?

Seperitnya, overthinking ini berlanjut hingga waktu yang tak tentu. Bagaimana menurut kalian?