Saat itu, temanku bertanya mengenai hubunganku dengan mas pacar yang
menjajaki usia empat tahun, yang sebagian besar adalah LDR Yogyakarta dan
Jakarta. Temanku heran, kenapa aku yang baru pacaran sekali, bisa selama itu?
Sebenarnya, ada tiga hal utama yang mendasari, yaitu komunikasi,
percaya, dan saling menerima. Sebelum mas pacar kerja di Jakarta, kami
berdiskusi tentang hal tersebut.
1. Komunikasi
Setiap hari, kami harus saling mengabari, entah itu mengucapkan selamat
pagi – menandakan bahwa dia masih bisa bangun dari tidur, udah makan nih
– menandakan bahwa makannya cukup teratur, baru sampai kos –
menandakan bahwa dia selamat dari kerja.
Kalau dia dak mengabari sehari saja, bahkan satu pesan pun tidak ia
kirimkan, membuatku menerka – apakah dia sudah bangun? Apakah dia sudah
selesai kerja? Apakah dia baik-baik saja? Terkadang, sebelum tidur, kami
bertukar cerita tenang hari itu.
Selain mengirim pesan, komunikasi juga berarti memikirkan apa yang
hendak dikatakan. Jangan sampai lah, marah-marah lalu keluar kata-kata buruk,
dan menyakiti kami. Yah, tidak dipungkiri jika satu dua kali sempat cek-cok
lalu merasa menyakiti satu sama lain. Solusinya? Kami mencoba mendinginkan
kepala dahulu. Ketika sudah dingin, baru bicara baik-baik. Entah itu mengirim
pesan whatsapp, maupun telefon. Saling menyadari kesalahan, meminta
maaf, dan menerima maaf. Sudah, baikan lagi deh!
2. Percaya
Ini nih yang sering kali membuat overthinking seorang perempuan. Aku
tidak pernah melarang dia berteman dengan siapa pun, toh walau pun kami ada
hubungan, kami masih punya kehidupan pribadi. Namun, sering kali was-was juga
kalau – gimana jika rekan kerja dia ada yang genit dan godain, yang lebih
cantik dan lebih pintar, lalu dia meleng ke perempuan lain? Gimana
kalau… Gimana kalau… Gitu aja terus overthinking-nya nggak bakal habis!
Hayo ngaku wahai kalian perempuan.
Akhirnya, aku menyadari bahwa, percaya pada dia adalah jalan terbaik.
Kalau kami saling percaya, alhasil tidak akan overthinking dan menduga
hal-hal yang tidak mengenakan.
2. Menerima dan Melengkapi
Setiap manusia pastinya, mempunyai kekurangan dan kelebihan. Coba bawa
ke sini orang yang nggak punya kekurangan. Sebagai pasangan pun, pastinya ada
kekurangan dan kelebihannya. Pernah dengar pasangan itu saling melengkapi? Well,
aku pernah mendengar dan percaya akan ungkapan tersebut.
Dia adalah tipe laki-laki yang lebih suka diam dan jarang memulai
obrolan. Itu adalah kekurangan (sampai minus tak terhingga) dari dia.
Tentunya, aku menerima dong (yang bagiku) kekurangan dia. Aku mencoba mengisi
kekurangan dia menggunakan kelebihanku, yaitu lebih cerewet dan bisa memulai
obrolan. Entah kenapa, aku tuh jarang banget kekurangan bahan obrolan.
Jadi, ketika ada masalah dan melihat tanda-tanda mas pacar atau dari diri
sendiri ada inisiatif menyelesaikan masalah, biasanya aku akan membuka obrolan,
menggiring perlahan percakapan, dan selesai dah masalah itu. Yaaa, tidak sekali
selesai sih, terkadang butuh beberapa kali obrolan hingga masalah selesai.
Misal lainnya, aku tuh orangnya sangat moody dan mudah
meledak saat PMS alias pre, pas, pasca menstruation syndrome. Nggak
deng, canda. Hanya saat pre saja. Ya mengerti sendiri lah,
saat-saat tersebut adalah saat mendengar nafas orang aja kesel sendiri. Kalau
hari-hari biasa sih enggak seperti itu. Nah, sekitaran tanggal itu, mas sudah
ancang-ancang lebih sabar dan bisa menjaga mood-ku cukup baik, sehingga
tidak ada pertikaian karena mood. Hingga sekarang sih, aku menerima
segala kekurangan dan kelebihan dari dia. Coba aku tanya dulu, apakah dia
begitu? Tentunya, iya.
Tunggu, tadi ada tiga atau empat? Yaaa pokoknya sih itu beberapa kiat
utama dalam menjalani hubungan jarak jauh. Terdengar klise kan? Memang, tapi penerapannya
itu tuh yang sulit. Tentu saja hal-hal tersebut dilakukan melalui media sosial,
pesan whatsapp, dan telefon. Kalau nggak gitu, bukan LDR namanya.